PENDIDIKAN YANG MENCERDASKAN

PENDIDIKAN MERUPAKAN SALAH SATU KEBUTUHAN POKOK MANUSIA SELAIN KEBUTUHAN BIOLOGIS, DENGAN PENDIDIKAN SETIAP MANUSIA DAPAT MENGENALI DIRINYA YANG KEMUDIAN MENGENAL TUHANNYA

Rabu, 23 Desember 2009

Teori Permainan



permaianan merupakan salah satu kegemaran anak-anak indonesia bahkan hingga usia dewasa, sehingga bukan suatu yang aneh jika kita sering menyaksikan orang yang sudah udzur juga senang sekali bermain terutama dengan cucunya.

Senin, 21 Desember 2009

Pendidikan Tanpa Kekerasan


pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling asasi, oleh karena itu setiap manusia yang memiliki jiwa dan sehat secara jasmani dan rohani berhak mendapatkan pendidikan, oleh karena itu adanya dikotomi pendidikan adalah sebuah pelanggaran

Selasa, 18 Agustus 2009

Pidato Sambutan Perwakilan Mahasiswa


Assalamualaikum Wr. Wb
saya ingin mengawali pidato sambutan ini dengan sebuah puisi

Cemara menderai hingga jauh
terasa hari jadi akan malam
ada beberapa dahan di ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

Sajak Chairil Anwar yang ditulisnya pada tahun 1949 itu mengingatkan saya kepada masa awal sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum UGM. pertama kali ketika memasuki kota yogyakarta yang terkenal dengan sebutan kota budaya, yang ada dalam benak saya sebagai mahasiswa rantau adalah kota yang di penuhi orang-orang hilir mudik selalu memakai blangkon dan membawa keris serta rindangnya pohon pohon cemara yang tinggi. Berderai-derai ranting dan daunnya ditiup angin. Saya suka memandang pohon-pohon cemara yang disapu angin dan gesekan ranting-rantingnya terdengar hingga jauh. Kini pohon-pohon cemara itu tidak ada lagi, karena telah berganti ruko-ruko dan toko-toko. Namun, sekarang ini bagi saya “terasa hari jadi akan malam
Pertama-tama perkenankan saya menyampaikan terima kasih atas kehormatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan kata sambutan di mimbar ini. Kesempatan ini mengenangkan saya kepada percakapan dengan kakak saya sekitar 5 tahun yang lampau. Saya bertanya pada kakak saya: “Apa itu plonco-plonco, mengapa kepalanya botak dan pakai dot seperti anak bayi?” Sambil mengayuh sepeda, kakak menjawab ; “Kau harus rajin belajar, besok engkau akan tahu sendiri. Lima tahun kemudian , hari ini, tidak ada lagi plonco-ploncoan yang dulu sering saya lihat di TV dan saya mendapat kesempatan berpidato didepan Civitas Academica Universitas Gajah Mada. Alangkah bahagianya bapak, kalau ia melihatnya.
Yang kami hormati bapak…………………… Rektor UGM beserta jajarannya

Yang Kami hormati Bapak……………………selaku Dekan Fakultas Hukum UGM beserta seluruh stafnya

Yang kami cintai bapak ibu Dosen yang dengan setia selalu membimbing serta memberikan pengarahan, walau dengan jujur kami mengakui bahwa tidaklah mudah mendidik sekian mahasiswa yang nakal dan terkadang sangat sulit di beri nasehat

Yang kami hormati seluruh tamu undangan yang dengan antusias hadir dalam rangka menyaksikan putra putrinya di wisuda dan tak lupa kepada teman-teman/sahabat-sahabat sekalian yang berbahagia.

Alhamdulillahirabbil alamin washolatu wasalamu ‘ala nabiyyil mursalin wa ‘ala alihi wa sohbihi ajmain amma bakdu
Qolallah huta’ala fikitabihil kariim ‘Au dzubillahhi minassyaithonirrajim bismillahirrahmannirrahim “ Lain syakartum Laazidannakum walain kafartum inna Adzbi lasyadid… al ayat

Hadirin sekalian tamu undangan yang di mulyakan oleh Allah SWT dalam kesempatan yang berbahagia ini kami ingin menyampaikan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT sehingga acara yang merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi kami sebagai wisudawan dapat terlaksana dengan lancar. Amien.

Tak lupa pula kami sampaikan beribu ribu terimakasih kepada segenap dosen, di lingkungan fakultas hukum, Bagian Tata Usaha dan seluruh elemen yang telah berjasa dalam membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar di fakultas hukum.

Saya berdiri disini mewakili sekian banyak teman-teman yang di wisuda pada kesempatan kali ini, memgucapkan rasa terimakasih kepada para dosen yang telah membimbing serta mengarahkan, agar kami menjadi mahasiswa yang cerdas dan progresif,..kami tidak dapat memberikan kado atau hadiah yang bagus, baik berupa mobil atau lainnya, kami hanya dapat berjanji kepada para dosen dan pembimbing bahwa ilmu yang telah di ajarkan akan kami pegang teguh dan sebarluaskan sebagai bentuk tanggung jawab keilmuan dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia yang bertabat, berdaulat serta tetap menjaga nama baik almamater tercinta yaitu fakultas Hukum UGM.

Kami selaku wisudawan dari fakultas hukum demi terciptanya keadilan dalam kehidupan bermasyarakat akan selalu menegakkan sendi-sendi keadilan dan memberikan pemahaman agar masyarakat Indonesia lebih melek hukum, tertib hukum sehingga akan tercipta masyarakat yang dinamis serta berkeadilan sosial. Dan semoga Allah memberikan kepada kita semua, apa yang dikenal dalam dunia hukum sebagai ultra petita, mengabulkan lebih dari apa yang diminta.

Hadirin sekalian yang berbahagia dalam kehidupan manusia tak lepas darn pertemuan dan perpisahan, dalam kesempatan kali ini izinkanlah kami untuk melanjutkan jenjang pendidikan atau menapak kehidupan selanjutnya yang tentunya tidaklah semudah seperti di bayangkan, akan tetapi dengan iringan doa serta bimbingan bapak ibu dosen selama ini Insa –Allah setiap rintangan maupun cobaan dapat kami lewati dengan lancar dan juga akan menjadi guru terbaik dalam kehidupan di masa yang akan datang, pepatah italia mengatakan DALLA STALLA ALLA STELLA yang artinya kurang lebih “dari kandang menuju bintang. dari derita menuju bahagia”. bukan jalan pintas, bukan jalan yang nyaman atau kemanjaan untuk mencapai kegemilangan hidup. pepatah italia ini mengajarkan kita untuk selalu bekerja keras dalam mewujudkan cita-cita.jangan sampai seperti anak ayam yang mati dalam lumbung padi, mengapa ini bisa terjadi??karena sebagian besar masyarakat indonesia hanya berfikir seperti anak ayam, berfikir bagaimana dapat makan beras bukan bagaimana merubah padi menjadi beras yang akhirnya dapat dimakan.
Hadirin sekalian demikianlah kata sambutan dari kami, kurang dan lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya akhiru qouli wabillahi taufik wal hidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.
.

Rabu, 05 Agustus 2009

PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL MEMASUKI ERA MILENIUM KE-3


Paradigma Pendidikan Nasional Memasuki Era Milenium 3

I. PENDAHULUAN
Paradigma pendidikan yang berkembang selama ini terkadang masih dipengaruhi oleh persepsi subyektif dari para pengambil keputusan, di mana esensi pengambilan keputusan yang diambil cenderung dilakukan secara pragmatik dan belum menyentuh esensi permasalahan secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan belum mampu menjawab tantangan, tuntutan dan perubahan yang yang serba cepat, dalam lingkup global yang perlu dipertimbanngkan sebagai upaya meningkatkan daya saing bangsa. Di samping itu, kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan selama ini cenderung dinilai sentralistik, dan belum mempertimbangkan diversifikasi kebutuhan yang berbeda dari masing-masing daerah terhadap pendidikan. Hal lain yang mempengaruhi bentuk dan pola paradigma pendidikan adalah dari sisi landasan filosofis yang melandasi kebijakan-kebijakan pembangunan pendidikan. Kerapkali gagasan-gagasan tersebut dipertimbangkan secara parsial-sektoral dan tidak menempatkan pendidikan sebagai subset sistemik dari entitas pembangunan nasional secara holistik-intersektoral, sehingga pembangunan pendidikan memiliki posisi strategis dalam pengembangan sumberdaya manusia pelaku pembangunan. Dari sisi penyelenggaraan pendidikan, fakta menunjukkan bahwa selama ini KBM masih cenderung didominasi oleh kegitnguru (teacher centered), kendatipun fenomena proses pembelajaran didisain agar lebih mengarah pada kegiatan siswa (student centered).
Dari sudut pandang tuntutan kehidupan global, proses pengambilan keputusan, perencanaan, implementasi dan evaluasi kebijakan pembangunan pendidikan cenderung masih masih berorientasi pada pemikiran, gagasan dan wawasan yang terbatas pada kondisi dan karakteristik lokal/nasional yang perlu ditingkatkan pada tuntutan-tuntutan global komunitas internasional. Namun demikian, kaidah-kaidah tuntutan pembangunan yang sesuai dengan filosofi "think globally, act locally" perlu ditindaklanjuti dalam realita pembangunan pendidikan yang mengacu pada pola disentralisasi.
Dengan demikian, perlu adanya upaya pengkajian untuk memilih paradigma pendidikan yang mampu menjabarkan kebutuhan-kebutuhan substantif pendidikan dalam berbagai dimensi dan konteks keilmuan untuk menjawab tantangan kekinian dalam kehidupan global,disamping juga
Diperlukan perubahan orientasi pendidikan, yang: (1) dari sentralistik ke desentralistik; (2) dari sisi pendekatan parsial-sektoral ke holistik-intersektoral; (3) dari penyelanggaraan KBM teacher centered ke student centered; dan (4) dari mutu pendidikan yang berorientasi pada wawasan lokal-nasional ke mutu pendidikan yang bertaraf internasional.
Implikasi dari upaya-upaya ini adalah: pertama perlunya lembaga akuntabilitas pendidikan nasional yang bertugas untuk: (1) memper-hatikan dan mengikuti perkembangan pendidikan bangsa-bangsa lain, sehingga pendidikan nasional memiliki daya saing internasional; (2) menentukan arah, tujuan dan hasil-hasil pembangunan pendidikan jangka menengah yang ingin dicapai; (3)menentukan kriteria pendidikan nasional yang berorientasi pada dinamika perubahan standar internasional; kedua; mengembangkan model-model pengelolaan pendidikan (educational management) yang mempertimbangkan diversifikasi pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pembangunan yang beragam; ketiga; mengembangkan gagasan-gagasan pembangunan pendidikan yang diturunkan dari prioritas kebijakan pembangunan nasional, yang melibatkan kepentingan-kepentingan inter-sektoral dan inter-disiplin; keempat; Mengembangkan panduan KBM yang lebih ditekankan pada pengembangan dan pembinaan inisiatif serta kreativitas siswa; kelima; Mengembangkan dan membina program-program peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi berorientasi pada materi kurikuler dan mutu serta standar penilaian yang secara internasional dapat dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

II. ISYU KEBIJAKAN / PERMASALAHAN
1.Arah, titik berat dan bentuk paradigma pendidikan yang berkembang selama ini terkadang masih dipengaruhi oleh persepsi subyektif para pimpinan lembaga pendidikan, yang cenderung pragmatik dan belum mampu menjawab tantangan, tuntutan dan perubahan yang demikian cepat;
2.Kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan selama ini terlalu sentralistik, sehingga belum mampu mengakomodasikan diversifikasi tuntutan-tuntutan kebutuhan yang berbeda terhadap pendidikan;
3.Landasan filosofis dan gagasan-gagasan yang melandasi kebijakan-kebijakan pembangunan pendidikan kerapkali dilakukan secara parsial-sektoral dan tidak menempatkan pendidikan sebagai subset sistemik dari entitas pembangunan nasional ;
4.Modus penyelenggaraan KBM selama ini lebih didominasi oleh inisiatif guru (teacher centered) bukan kreativitas siswa (student centered);
5.Program-program peningkatan mutu pendidikan yang dikembangkan cenderung masih masih berorientasi pada pemikiran, gagasan, perencanaan dan pelaksanaan yang diukur dalam lingkup yang terbatas pada kondisi dan karakteristik yang bersifat lokal atau nasional, yang kurang berorientasi pada kualitas yang dituntut dalam taraf internasional.

III. REKOMENDASI KEBIJAKAN
1.Perlunya mengkaji ulang dan memilih paradigma pendidikan yang mampu menjabarkan kebutuhan-kebutuhan substantif pendidikan secara multi dimensi dalam konteks keilmuan yang dapat menjawab tantangan dan tuntutan globalisasi, terutama dalam meningkatkan kemampuan daya saing bangsa;
2.Perlunya perubahan orientasi paradigma pendidikan, yang : (1) dari sisi kebijakan berubah dari sentralistik ke desentralistik; (2) dari sisi pendekatan filosofis berubah dari parsial-sektoral ke holistik-intersektoral; (3) dari penyelanggaraan KBM lebih menekankan pada pengembangan dan pembinaan kreativitas peserta didik; dan (4) dari konteks kebijakan berubah, dari lingkup lokal-nasional kepada kawasan global yang menggunakan alat ukur atau standar internasional.

IV. IMPLIKASI KEBIJAKAN / PROGRAM
1.Adanya lembaga akuntabilitas pendidikan nasional yang bertugas untuk: (1) memperhatikan dan mengikuti perkembangan pendidikan bangsa-bangsa lain, sehingga pendidikan nasional memiliki daya saing internasional; (2) menentukan arah, tujuan dan hasil-hasil pembangunan pendidikan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang ingin dicapai; (3) menentukan kriteria pendidikan nasional yang berorientasi pada dinamika perubahan standar internasional;
2.Mengembangkan model-model pengelola-an pendidikan (educational management) yang mempertimbangkan diversifikasi pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pembangunan yang beragam;
3.Mengembangkan gagasan-gagasan pembangunan pendidikan yang diturunkan dari prioritas kebijakan pembangunan nasional, yang melibatkan kepentingan-kepentingan inter-sektoral dan inter-disiplin;
4.Mengembangkan panduan KBM yang lebih ditekankan pada pengembangan dan pembinaan inisiatif serta kreativitas siswa dalam mencapai "level of mastery" kompetensi dasar pada jenjang-jenjang pendidikan tertentu.
5.Mengembangkan dan membina program-program peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi berorientasi pada materi kurikuler dan mutu serta standar penilaian yang secara internasional dapat dibanding-kan dengan negara-negara lain di dunia.

Label:

Selasa, 04 Agustus 2009

Hati Dan Pikiran

Pernahkah kita berfikir sejenak dan memahami apa yang sebenarnya yang dinginkan oleh hati..??lalu cobalah hati untuk memahami apakah pikiran selama ini sudah berjalan di jalan yang benar..!!!

Label:

Pendidikan Kritis Transformatif

Sebuah Refleksi

Menuju Hidup Bahagia dengan Harga Diri Otentik

Setiap orang pasti menginginkan hidupnya bahagia. Sebagian besar waktu hidup mereka dihabiskan untuk mencari segala sesuatu yang diyakini dapat membantu mereka mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Kebahagiaan pada dasarnya terletak pada sejauh mana kita mampu memposisikan secara seimbang berbagai macam permasalahan hidup, dan sebaliknya, ketidakbahagiaan akan muncul ketika kita tidak dapat mengontrol dan menyelesaikan permasalahan hidup tersebut.Sebagai mahluk sosial, tentunya kita sering merasakan kebahagiaan yang muncul dari hasil interaksi dengan orang-orang di sekita kita. Kita akan merasa bahagia ketika nilai-nilai yang kita yakini dihargai oleh orang lain. Namun seringkali permasalahan hidup itu timbul karena berkaitan dengan konsep harga diri. Sebagai contoh, kita tentunya sering melihat pertengkaran orang-orang di sekeliling kita, tidak usah jauh-jauh, permasalahn internal keluarga sajalah! Perbedaan dalam keluarga memang tidak dapat dinafikan, akan tetapi haruskah karena perbedaan menghancurkan sendi-sendi keluarga yang dibangun dengan tangisan dan keringat darah, hanya akibat salah satu pihak merasa harga dirinya dilecehkan oleh yang lainnya, atau mungkin seorang pemuda yang bersedih hati karena merasa harga dirinya jatuh akibat pendapatnya atau kinerjanya selama ini tidak dihargai oleh kelurga sendiri yang akhirnya membuat arus baru.
Ketidakbahagiaan yang berkaitan dengan harga diri biasanya muncul karena kita hidup dengan standar nilai orang lain. Kita terlalu khawatir harga diri kita akan berkurang atau hilang karena nilai yang kita yakini bertentangan dengan orang lain, sehingga mereka tidak menghargai kita. Harga diri yang diukur semata-mata karena butuh pengakuan orang lain adalah harga diri yang palsu, saya katakan sekali lagi itu sama saja dengan BOHONG BESAR. Kesalahan dalam mendefinisikan harga diri sebenarnya bersumber pada kekeliruan pemahaman tentang kata “person”. Biasanya sebutan “person” dinilai tinggi sebab menunjukkan kesejatian dan keautentikan pribadi seseorang, tetapi sebenarnya tidak. Kata “person” berasal dari kata Latin “persona” yang berarti “memakai topeng” atau “pemain dalam sebuah drama”. Sudah sejak berabad-abad yang lalu di kenal bahwa menjadi “person” berarti memakai topeng atau bermain drama. Menjadi seorang “person” berarti melakukan apa yang disenangi orang lain dan tidak melakukan apa yang tidak diharapkan orang lain. Menjadi “person” berarti menjadi diri akunya orang lain.
Dalam keluarga , bersikap dan bertindak sebagai “person” sudah menjadi hal yang biasa. Untuk sebagian kader, bahkan sudah menjadi kebiasaan sebagian besar yang lainnya, karena takut menghadapi penolakan dari orang lain. Sehingga menjadi wajar ketika konsep harga diri yang berkembang hanyalah sekedar kesepakatan yang naif. Lalu konsep harga diri seperti apa yang otentik dan mampu menghasilkan kebahagiaan? Harga diri yang otentik dapat dicapai bila seseorang menyadari diri seutuhnya dan menerima keseluruhan dirinya. Harga diri yang berdasarkan pada kesadaran diri seutuhnya adalah harga diri yang dapat di percaya melebihi harga diri yang dibangun berdasarkan gambaran diri orang lain. Kepercayaan ini adalah kepercayaan yang terbaik sebagai manusia. Betapa indahnya harga diri yang dibangun atas dasar diri seutuhnya, dewasa, dan yang senyatanya. Namun kita juga harus menyadari bahwa kepercayaan yang berlebihan terhadap diri sendiri atau penerimaan “diri ideal” dapat menyebabkan kondisi yang paradoks, yakni dilema “kebanggaan” yang terkadang kebablasan dan bahkan kehilangan siapa sebenarnya kita, politik kampus memang benar sebagai pembelajaran, dan belajar memang harus sungguh-sungguh akan tetapi jangan sampai kehilangan jati diri.
Bagian diri kita yang juga dapat menyebabkan permasalahan adalah kebanggaan atau rasa bangga. Menurut anda, apakah baik memiliki rasa bangga terhadap diri sendiri atau tidak? Haruskah kita menerima kebanggaan sebagai bagian dari kepribadian kita, atau lebih baik menolaknya? Tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kita perlu menelaahnya dan mengenali sisi-sisi positif dan negatif dari kebanggaan pada diri sendiri. Sisi positif kebanggaan akan terwujud jika kita mampu meletakkan kebanggaan secara wajar dan proporsional. Kebanggaan akan memancarkan atau mencerminkan diri kita seutuhnya, dewasa, dalam wujud pujian yang sehat dan wajar kepada kita. Kebanggaan juga menunjukkan bahwa kita adalah ciptaan yang indah dan dianugerahi berbagai talenta yang istimewa dari Sang Pencipta. Bila kita dapat mengembangkan dan menggunakan talenta-talenta itu secara bijaksana, maka rasa percaya diri dan harga diri kita akan semakin besar. Dengan menerima kepercayaan dan tanggung jawab atas talenta-talenta yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita, kita tidak hanya jujur kepada diri kita sendiri tetapi juga memuliakan kebesaran Tuhan.
Sebaliknya, sisi negatif dari kebanggaan akan muncul ketika kita tidak dapat memposisikan kebanggaan secara wajar. Gambaran diri yang terlalu ideal mengakibatkan sisi negatif dari kebanggaan. Kita mungkin akan menganggap bodoh diri sendiri karena tidak mampu memenuhi tuntutan gambaran diri yang terlalu ideal. Akibatnya, malah kita akan memiliki harga diri yang rendah. Kebanggaan juga akan menjadi kebanggaan yang semu bila kita membangunnya di atas angan-angan, seolah-olah kita memiliki talenta itu padahal tidak ada dalam kenyataan. Kita menipu diri dan seringkali melebih-lebihkan kemampuan kita. Maka, kesombongan juga dapat diartikan sebagai tidak mampu melakukan sesuatu namun mengaku mampu. Kebanggaan semacam ini tentunya akan mengurangi harga diri kita.
Untuk memelihara dan meningkatkan harga diri yang sejati, yang akhirnya kita akan menuai kebahagiaan, kita juga harus menerima keterbatasan-keterbatasan yang terdapat pada diri kita. Pertama, keterbatasan itu berasal dari kenyataan bahwa kita adalah mahluk ciptaan Tuhan. Kedua, keterbatasan muncul dari ciri individualitas kita. Sebagai individu kita tidak akan mampu megembangkan talenta-talenta yang dianugerahkan Tuhan tanpa bantuan orang lain. Keterbatasan ini harus kita terima secara niscaya. Ketidakmampuan dalam menerima keterbatasan-keterbatasan itu akan mengantarkan kita pada kesombongan diri yang akhirnya malah mengantarkan pada kondisi terkikisnya harga diri kita.Perasaan akan penerimaan keterbatasan akan mengantarkan kita dalam menemukan diri yang dewasa dan otentik. Karena pada dasarnya usaha kita untuk menemukan diri otentik tidak pernah akan berakhir dan tidak memiliki suatu kesimpulan yang pasti. Semakin kita menyadari keterbatasan-keterbatasan kita, justru kita akan merasakan dan mengalami keutuhan kita dan mendorong kita untuk membuka diri kepada orang lain. Maka, hadiah terbesar dari pencarian dan penemuan diri seutuhnya adalah kebahagiaan dan ketenteraman bersama orang-orang di sekitar kita.
Presented By; Muhammad Syaifullah

Label: